This is your new blog post. Click here and start typing, or drag in elements from the top bar.
Picture
CHAIRIL ANWAR,DALAM KENANGAN
                     ( Ahmad Yani)

“ Untuk semua Luka !, aku tak akan lagi kehilangan lupa!”. Demikian sumpahnya. Lalu Air mengajarinya, untuk memaknai betapa indahnya melawan arus.

Seperti yang telah di lakukan di sepanjang hidupnya. Membiarkan masa depannya tergadai, demi sebuah idealisme yang tak banyak orang perduli untuk memahaminya.
Lelaki bertubuh kurus, dengan rokok yang selalu menempel di jari tangannya.


Datang malam itu, mengetuk perlahan pintu hati, yang selalu lupa untuk ku kunci. “ Namaku Binatang jalang !, Aku datang , bersama seribu mimpi yang belum jadi !”. Keluhnya.

Itu, kata pertama dan terakhir ku dengar darinya. Sebelum dia rubuh. Tubuh kurusnya, tergeletak kaku, disamping sajak terakhirnya yang belum selesai.( Dia Mati muda, 973 tahun lebih cepat , dari umur yang di impikannya !).

Ketika malam telah sempurna gelapnya. Hanya hati yang bisa menatap segala jejak. Lalu angin mengurai garis wajahnya, serupa siluet, yang terlalu samar, bahkan untuk hanya sekedar jadi bahan kenangan.
 

Cimahi, 23 April 2012